twitter


Sepasang suami dan istri petani pulang kerumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikus memperhatikan dengan seksama sambil menggumam.
"Hmmm...makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar??"

Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah Perangkap Tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang dan berteriak

"Ada Perangkap Tikus di rumah!!! Di rumah sekarang ada perangkap tikus!!"

Ia mendatangi ayam dan berteriak
"Ada perangkap tikus"

Sang Ayam berkata
"Tuan Tikus..., Aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku"

Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak. Lalu sang Kambing pun berkata
"Aku turut bersimpati.. . tapi maaf, tidak ada yang bisa aku lakukan"

Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama.
"Maafkan aku. Tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali"

Ia lalu lari ke hutan dan bertemu Ular. Sang ular berkata
"Ahhh...Perangkap Tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku"

Akhirnya Sang Tikus kembali kerumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri.
Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya yang berbunyi. Menandakan perangkapnya telah memakan korban.

Namun ketika melihat perangkap tikusnya, seekor ular berbisa telah terjebak di sana. Ekor ular yang terjepit membuatnya semakin ganas dan menyerang istri si Petani. Walaupun sang Suami berhasil membunuh ular tersebut, namun sang istri sempat tergigit dan teracuni oleh bisa ular tersebut.

Setelah beberapa hari di rumah sakit, sang istri sudah diperbolehkan pulang. Namun selang beberapa hari kemudian demam tinggi yang tak turun-turun juga. Atas saran kerabatnya, ia membuatkan isterinya sup ayam untuk menurunkan demamnya.

Semakin hari bukannya semakin sembuh, justru semakin tinggi demam isterinya. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya untuk diambil hatinya.

Masih! Istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia.

Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga ia harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat.

Dari kejauhan sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi di rumah itu.

Nilai-nilai yang bisa kita ambil dari kisah di atas, suatu ketika Anda mendengar seseorang sedang dalam kesulitan atau masalah dan Anda mengira itu bukan urusan Anda, maka pikirkanlah sekali lagi.

Sumber : http://www.bukansekedarberita.co.cc/2011/03/sepasang-suami-dan-istri-petani-pulang.html
»»  READ MORE...

Ada seekor anjing yang terasa bingung saking laparnya, seharian penuh tidak mendapatkan makanan.Saat senja tiba, akhirnya dengan penuh gairah ia melihat sepotong daging yang lezat di atas tanah,ia bergegas menggondol daging itu dan berlari ke tempat tinggalnya.

Dalam hati dia merenung
“sungguh beruntung sekali, di luar dugaan bisa mendapatkan daging besar ini, saya harus menikmati dengan sepuasnya.”

Sambil berjalan ia berpikir, dan tanpa disadari tiba di sebuah sungai, jika sudah melewati jembatan kecil berarti tempat tinggalnya sudah dekat, berpikir sampai di situ ia lantas menggigit lebih erat lagi daging itu, dan berjalan di atas jembatan penyeberangan. Ia berjalan dengan sangat hati-hati, ketika sampai di tengah jembatan, tanpa sengaja ia memandang ke sungai, dan begitu melihat ke sungai bukan main kagetnya, ia melihat ada seekor anjing di sungai itu, menggondol sepotong daging yang besar dan sedang menatapnya.

Dalam hati ia mulai berpikir
“wah, daging yang digondolnya itu tampaknya lebih besar dibanding daging saya ini!
Jika saya sedikit lebih galak terhadapnya, siapa tahu mungkin ia akan melepaskan daging itu dan lari!”

Makin dipikir ia semakin gembira, lalu mulai galak terhadap anjing di sungai itu. Namun, anehnya, anjing itu sepertinya tidak takut sedikit pun terhadapnya. Ia memelototkan mata, dan anjing itu juga memelototkan matanya, ia berbalik, anjing itu juga berbalik, ia menghentakkan kaki, anjing itu juga ikut menghentakkan kakinya.

Akhirnya, ia benar-benar marah, dalam hati berpikir
“lebih baik aku menggigitnya, ia pasti akan lari, dengan begitu aku bisa mendapatkan daging itu,”
lalu, ia membuka moncongnya dan menggonggong dengan keras “Auh. auh.auh…”

Begitu ia membuka moncongnya, daging dalam gigitannya lalu tiba-tiba terjatuh ke sungai, menghancurkan tubuh anjing yang berada di sungai itu, dan dalam sekejap tenggelam di dalam air lenyap tak berbekas. Percikan air yang dalam menghancurkan semua mimpi si anjing yang rakus ini, dan ia baru menyadari bahwa ternyata anjing itu adalah bayangan dirinya dalam air.

Lalu dengan sedih ia menangis “kalau tahu begini aku tidak akan sedemikian rakus, namun kini, saya harus menahan lapar lagi, ke mana aku harus mencari makan?”

Banyak orang ingin bisa hidup dengan lebih baik, harus mendapatkan lebih banyak, maka disadari atau tidak dapat mencelakakan kepentingan orang lain, tidak puas dengan apa yang sudah diperolehnya. Bahkan ada yang tak segan-segan merampas barang milik orang lain. Anjing yang rakus ini demi untuk mendapatkan sepotong daging lebih banyak, malah kehilangan makanan lezatnya, lantas apa yang hilang pada manusia yang rakus?

Persaudaraan, persahabatan, hati nurani atau ketenangan hati?
Ya, ini semua baru merupakan harta benda yang paling berharga dalam kehidupan!
Hargailah semua yang kita miliki, tidak memaksakan sesuatu yang tidak bisa diperoleh, jangan karena rakus lantas malah kehilangan sesuatu yang sudah ada.

“Kalau memang milik kita, pasti akan kita miliki, kalau bukan jangan memaksakan kehendak”, orang yang tahu menikmati hidup apa adanya, itulah orang yang benar-benar kaya.

Sumber : http://ceritabijakmotivasi.com/kisah-anjing-yang-rakus
»»  READ MORE...

Tersebutlah seorang putri raja dari cina yang sangat cerdas. Dia menjadi sombong dengan kecerdasannya itu. Ketika usia telah cukup untuk menikah sang raja bermaksud untuk mengadakan sayembara, sang putri tidak keberatan namun dia mengajukan syarat bagi mereka yang ingin menikahinya.. Setiap laki laki yang ingin mempersuntingnya harus mampu menjawab 3 pertanyaan yang dia ajukan. Bagi yang tidak mampu menjawab maka tiang gantungan telah menanti sebagai hukuman.

Demikianlah, puluhan pemuda mengakhiri hidup mereka ditiang gantungan tersebut karena tak mampu menjawab pertanyaan sang putri. Raja menjadi sangat khawatir dengan kondisi putrinya yang semakin menikmati permainannya, juga khawatir dengan usianya yang semakin bertambah namun tidak ada tanda tanda bahwa dia akan mengakhiri permainan gilanya itu serta khawatir semua pemuda terbaiknya mati sia-sia ditiang gantungan.

Suatu hari datanglah seorang pemuda pengembara dari tanah Bharata, dia mendengar cerita tentang sang putri dan berniat untuk mengakhiri permainannya. Dia mendaftar untuk bertanding dengan sang putri. Mendengar hal ini sang raja jadi gelisah karena pasti pemuda pengembara ini hidupnya akan berakhir pula ditiang gantungan. Dia menasehati sang pemuda agar mengurungkan niatnya untuk mengikuti pertandingan namun ditampik oleh sang pemuda yang telah bulat tekadnya untuk menghentikan kecongkakan sang putri.

Tibalah hari yang telah ditentukan, sang pemuda dan para penonton telah hadir dipendopo istana bersiap untuk mengikuti acara yang sangat menegangkan itu, namun sang pemuda tidak kelihatan tegang bahkan sebaliknya, dia duduk tegak bersila dengan tenangnya sambil terus menebar senyum. Sang raja dan para juri yang terdiri dari para pendeta dan penasehat istana telah duduk di masing masing tempat yang tersedia dengan harap-harap cemas. Tak berapa lama berselang datanglah sang putri berjalan ketengah-tengah pendopo dengan keangkuhan tersirat yang disebabkan oleh kecerdasannya. Duduk dengan kaki terlipat diatas kursi dan senyum sinis menghiasi wajah yang seharusnya sangat cantik itu dia melirik kearah sang pemuda.

Sayembara segera dimulai. Tampak sang putri berbisik ditelinga penterjemah yang segera berkata, �Wahai pemuda yang berani datang menantang sang putri, apakah engkau tidak takut digantung? Apakah engkau tidak sayang akan nyawamu berakhir sia-sia ditiang gantungan? Apakah engkau tidak sayang akan ketampananmu serta masa depanmu? Pulanglah sebelum terlambat.� Demikian kata penterjemah menyampaikan apa yang dibisikkan oleh sang putri, tampak sangat jelas dia memandang rendah sang pemuda. Walau kelihatan seperti menyayangkan keikut sertaan sang pemuda namun dari kata-katanya jelas tersirat bahwa sang putri sangat senang akan ada lagi korban yang jatuh dan dia tidak ingin sang pemuda mundur dari pendopo.

Sang pemuda hanya tersenyum sambil mempersilakan sang putri untuk menyampaikan pertanyaannya karena dia sudah tidak sabar lagi untuk menjawab.

Sang penterjemah membacakan pertanyaan pertama sang putri yang berbunyi, �Siapakah bapak yang mampu memperlakukan semua secara adil?�

Pemuda itu dengan suara tenang menjawab, �Dia adalah Matahari.�

Para juri terperangah karena untuk pertama kalinya ada orang yang mampu menjawab dengan tepat dengan santainya. Biasanya para pemuda terdahulu kalah pada pertanyaan pertama.

Pertanyaan kedua, �Siapakah ibu yang memakan anaknya setelah sang anak dilahirkannya?�

Kembali sang pemuda dengan tenangnya mengawab, �Dia adalah laut.�

Kini giliran sang putri yang keluar keringat dingin karena dua pertanyaannya dijawab dengan mudahnya. Dia berpikir sejenak sebelum mengajukan pertanyaannya yang ketiga. Setelah berpikir keras dia tersenyum karena merasa mendapatkan satu pertanyaan yang mustahil dijawab oleh siapapun, bahkan oleh para pendeta terpelajar sekalipun.

Pertanyaan ketiga adalah, �Pohon apakah yang setiap daunnya memiliki dua warna, hitam dan putih?�

Melihat sang putri tersenyum bahagia karena merasa yakin pertanyaannya tidak bakalan bisa dijawab, sang pemuda sengaja berlagak seperti orang yang sedang berpikir keras mencari jawaban, membiarkan sang putri menikmati angannya yang akan berakhir sebentar lagi. Hal ini ternyata membuat para hadirin dan juga sang raja menjadi sangat cemas, padahal tadi telah muncul harapan bahwa sang pemuda akan memenangkan sayembara ini. Setiap jawaban disambut tengan tepuk tangan yang sangat meriah. Namun berbeda dengan sekarang, suasana jadi sangat hening mencekam, setiap hati melantunkan doa kemenangan buat sang pemuda sehingga tidak akan ada lagi korban berjatuhan. Namun sang pemuda tidak segera menjawab, bahkan dia kelihatan berpikir semakin keras. Sengaja dia lakukan untuk memberikan kesempatan kepada sang putri menikmati angan kemenangannya lebih lama..

Sang putri yang merasa pasti menang menebar senyum bangga kearah hadirin namun ketika dia berpaling kearah sang pemuda senyum itu berubah menjadi sinis. Dia sangat senang atas hal ini dan berkata, �Wahai anak muda, sampai kapan engkau akan membisu seperti itu, akuilah bahwa engkau tidak menemukan jawabannya, orang-orang hebat seperti para pendeta yang telah renta karena ilmupun tidak tahu jawabannya apalagi anak kemarin sore sepertimu, oleh karena itu menyerahlah dan bersiaplah untuk menuju tiang gantungan, algojo telah tidak sabar menanti untuk memasang tali dilehermu, kasihan mereka terlalu lama menunggu sesuatu untuk dikerjakan, pekerjaan mereka hanya datang sesekali.�

Dengan tatapan tenang kearah sang putri sembari tersenyum, sang pemuda berkata, �Tuan Putri, jawaban hamba atas pertanyaan Tuan Putri yang ke tiga adalah Tahun.�

Gemuruh sorak sorai para hadirin karena akhirnya pertanyaan terakhir sang Putri terjawab juga walau mereka belum yakin jawaban itu benar, namun paling tidak mereka telah melihat guratan senyum disudut bibir para juri pertanda jawaban tersebut benar adanya.

Sementara dilain pihak, wajah sang Putri tiba tiba menjadi merah padam, marah dan kecewa setelah mendengar jawaban gamblang dari sang pemuda. Dia tidak habis pikir bagaimana si pemuda bisa tahu jawaban itu, sementara dia kelihatan berpikir keras dari tadi tapi ternyata dia dengan tenangnya dapat menjawab, sang Putri jadi curiga mungkin jawabannya itu hanya tebakan. Kemudian dia bertanya, �Kenapa jawabanmu Tahun, jelaskan!�

�Bagai sebatang pohon yang terus bertumbuh, tahun juga terus berjalan tanpa dapat dihentikan, daunnya adalah siang yang putih dan malam yang hitam.� Demikian jawaban sang pemuda pengembara. Sekali lagi hadirin bersorak riang gembira. Namun berbeda dengan sang Putri yang takabur itu, dia berteriak tidak terima kalah dan tidak mau menikah sembari ingin mengajukan pertanyaan lagi akan tetapi permohonannya ditolak sang Raja yang mengatakan bahwa jika Putri tidak mau mengaku kalah dan tidak mau menikah dengan sang pemuda maka dia harus mendapat hukuman yang sama seperti para pemuda yang kalah sebelumnya, hukuman gantung.

Akhirnya sang Putri mengaku kalah walau dengan terpaksa dan kemudian dipersunting oleh si pemuda dan diboyong kenegaranya yaitu Bharatawarsa.

Makna dari dunia itu sendiri adalah kehidupan karna tanpa hidup kita ga akan pernah tau dunia itu seperti apa,,,,tidak selamanya apa yang kita anggap benar itu�..tidak salah juga di mata kehidupan dalam bingkai dunia.


Sumber : http://www.iloveblue.com/bali_gaul_funky/artikel_bali/detail/2807.htm
»»  READ MORE...
Diberdayakan oleh Blogger.