twitter


Tersebutlah seorang pengusaha muda dan kaya. Ia baru saja membeli mobil mewah, sebuah Jaguar yang mengkilap. Kini, sang pengusaha, sedang menikmati perjalanannya dengan mobil baru itu. Dengan kecepatan penuh dipacunya kendaraan itu mengelilingi jalanan tetangga sekitar dengan penuh rasa bangga dan prestise.

Di pinggir jalan, tampak beberapa anak yang sedang bermain sambil melempar sesuatu. Namun, karena berjalan terlalu kencang, tak terlalu diperhatikannya anak-anak itu. Tiba-tiba, dia melihat seseorang anak kecil yang melintas dari arah mobil-mobil yang di parkir di jalan. Tapi, bukan anak-anak yang tampak melintas sebelumnya.

"Buk....!" Aah..., ternyata, ada sebuah batu seukuran kepalan tangan yang menimpa Jaguar itu yang dilemparkan si anak itu. Sisi pintu mobil itupun koyak, tergores batu yang dilontarkan seseorang.

"Cittt...." ditekannya rem mobil kuat-kuat. Dengan geram, dimundurkannya mobil itu menuju tempat arah batu itu di lemparkan. Jaguar yang tergores, bukanlah perkara sepele. Apalagi, kecelakaan itu dilakukan oleh orang lain, begitu pikir sang pengusaha dalam hati.

Amarahnya memuncak. Dia pun keluar mobil dengan tergesa-gesa. Di tariknya anak yang dia tahu telah melempar batu ke mobilnya, dan di pojokkannya anak itu pada sebuah mobil yang diparkir.

"Apa yang telah kau lakukan!? Lihat perbuatanmu pada mobil kesayanganku!!"

Lihat goresan itu", teriaknya sambil menunjuk goresan di sisi pintu.

"Kamu tentu paham, mobil baru jaguarku ini akan butuh banyak ongkos di bengkel untuk memperbaikinya." Ujarnya lagi dengan kesal dan geram, tampak ingin memukul anak itu.

Si anak tampak menggigil ketakutan dan pucat, dan berusaha meminta maaf.

"Maaf Pak, Maaf. Saya benar-benar minta maaf. Sebab, saya tidak tahu lagi harus melakukan apa."

Air mukanya tampak ngeri, dan tangannya bermohon ampun.

"Maaf Pak, aku melemparkan batu itu, karena tak ada seorang pun yang mau berhenti...."

Dengan air mata yang mulai berjatuhan di pipi dan leher, anak tadi menunjuk ke suatu arah, di dekat mobil-mobil parkir tadi.

"Itu disana ada kakakku yang lumpuh. Dia tergelincir, dan terjatuh dari kursi roda. Saya tak kuat mengangkatnya, dia terlalu berat, tapi tak seorang pun yang mau menolongku. Badannya tak mampu kupapah, dan sekarang dia sedang kesakitan..."

Kini, ia mulai terisak.

Dipandanginya pengusaha tadi. Matanya berharap pada wajah yang mulai tercenung itu.

"Maukah Bapak membantuku mengangkatnya ke kursi roda? Tolonglah, kakakku terluka, tapi saya tak sanggup mengangkatnya"

Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda itu terdiam. Amarahnya mulai sedikit reda setelah dia melihat seorang lelaki yang tergeletak yang sedang mengerang kesakitan. Kerongkongannya tercekat. Ia hanya mampu menelan ludah. Segera dia berjalan menuju lelaki tersebut, di angkatnya si cacat itu menuju kursi rodanya. Kemudian, diambilnya sapu tangan mahal miliknya, untuk mengusap luka di lutut yang memar dan tergores, seperti sisi pintu Jaguar kesayangannya. Setelah beberapa saat, kedua anak itu pun berterima kasih, dan mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja.

"Terima kasih, dan semoga Tuhan akan membalas perbuatan Bapak."

Keduanya berjalan beriringan, meninggalkan pengusaha yang masih nanar menatap kepergian mereka. Matanya terus mengikuti langkah sang anak yang mendorong kursi roda itu, melintasi sisi jalan menuju rumah mereka.

Berbalik arah, pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju Jaguar miliknya. Ditelusurinya pintu Jaguar barunya yang telah tergores itu oleh lemparan batu tersebut, sambil merenungkan kejadian yang baru saja dilewatinya. Kerusakan yang dialaminya bisa jadi bukanlah hal sepele, tapi pengalaman tadi menghentakkan perasaannya. Akhirnya ia memilih untuk tak menghapus goresan itu. Ia memilih untuk membiarkan goresan itu, agar tetap mengingatkannya pada hikmah ini.

Ia menginginkan agar pesan itu tetap nyata terlihat:
"Janganlah melaju dalam hidupmu terlalu cepat, karena, seseorang akan melemparkan batu untuk menarik perhatianmu."

Sahabat, sama halnya dengan kendaraan, hidup kita akan selalu berputar, dan dipacu untuk tetap berjalan. Di setiap sisinya, hidup itu juga akan melintasi berbagai macam hal dan kenyataan. Namun, adakah kita memacu hidup kita dengan cepat, sehingga tak pernah ada masa buat kita untuk menyelaraskannya untuk melihat sekitar?

Tuhan, akan selalu berbisik dalam jiwa, dan berkata lewat kalbu kita. Kadang, kita memang tak punya waktu untuk mendengar, menyimak, dan menyadari setiap ujaran-Nya. Kita kadang memang terlalu sibuk dengan bermacam urusan, memacu hidup dengan penuh nafsu, hingga terlupa pada banyak hal yang melintas.

Sahabat, kadang memang ada yang akan "melemparkan batu" buat kita agar kita mau dan bisa berhenti sejenak. Semuanya terserah pada kita. Mendengar bisikan-bisikan dan kata-kata-Nya, atau menunggu ada yang melemparkan batu-batu itu buat kita.

Salam Motivasi!!
»»  READ MORE...

Seorang Raja mengadakan sayembara dan akan memberi hadiah yang melimpah kepada siapa saja yang bisa melukis tentang kedamaian. Ada banyak seniman dan pelukis berusaha keras untuk memenangkan lomba tersebut. Sang Raja berkeliling melihat-lihat hasil karya mereka. Hanya ada dua buah lukisan yang benar-benar paling disukainya. Tapi, sang Raja harus memilih satu di antara keduanya.

Lukisan pertama menggambarkan sebuah telaga yang tenang. Permukaan telaga itu bagaikan cermin sempurna yang memantulkan kedamaian gunung-gunung yang menjulang mengitarinya.

Diatasnya terpampang langit biru dengan awan putih berarak-arak. Semua yang memandang lukisan ini akan berpendapat, inilah lukisan terbaik mengenai kedamaian.

Lukisan kedua menggambarkan pegunungan juga. Namun tampak kasar dan gundul.
Di atasnya terlukis langit yang gelap dan merah menandakan turunnya hujan badai. Sedangkan tampak kilat menyambar-nyambar liar. Di sisi gunung ada air terjun deras yang berbuih-buih. Sama sekali tidak menampakkan ketenangan dan kedamaian.
Tapi, sang Raja melihat sesuatu yang menarik.

Di balik air terjun itu tumbuh semak-semak kecil di atas sela-sela batu. Di dalam semak-semak itu seekor induk Pipit meletakkan sarangnya. Jadi, di tengah-tengah riuh-rendahnya air terjun, seekor induk Pipit sedang mengerami telurnya dengan damai. Benar-benar damai.

Lukisan manakah yang memenangkan lomba?

Sang Raja memilih lukisan nomor dua. Tahukah Anda mengapa?

"Karena", jawab sang Raja, "kedamaian bukan berarti Anda harus berada di tempat yang tanpa keributan, kesulitan atau pekerjaan yang keras dan sibuk.

Kedamaian adalah hati yang tenang dan damai, meski Anda berada di tengah-tengah keributan luar biasa. Kedamaian hati adalah kedamaian sejati."

Salam Motivasi . .!!
»»  READ MORE...

Suatu ketika, terdapat seorang pemuda di tepian telaga. Ia tampak termenung. Tatapan matanya kosong, menatap hamparan air di depannya. Seluruh penjuru mata angin telah di lewatinya, namun tak ada satupun titik yang membuatnya puas. Kekosongan makin senyap, sampai ada suara yang menyapanya. Ada orang lain disana.

"Sedang apa kau disini anak muda?" tanya seseorang. Rupanya ada seorang kakek tua.

"Apa yang kau risaukan..?"

Anak muda itu menoleh ke samping, "Aku lelah Pak Tua. Telah berkilo-kilo jarak yang kutempuh untuk mencari kebahagiaan, namun tak juga kutemukan rasa itu dalam diriku. Aku telah berlari melewati gunung dan lembah, tapi tak ada tanda kebahagiaan yang hadir dalam diriku. Kemana kah aku harus mencarinya? Bilakah kutemukan rasa itu?"

Kakek Tua duduk semakin dekat, mendengarkan dengan penuh perhatian. Di pandangnya wajah lelah di depannya. Lalu, ia mulai bicara, "di depan sana, ada sebuah taman. Jika kamu ingin jawaban dari pertanyaanmu, tangkaplah seekor kupu-kupu buatku. Mereka berpandangan. "Ya...tangkaplah seekor kupu-kupu buatku dengan tanganmu" sang Kakek mengulang kalimatnya lagi.

Perlahan pemuda itu bangkit. Langkahnya menuju satu arah, taman. Tak berapa lama, dijumpainya taman itu. Taman yang yang semarak dengan pohon dan bunga-bunga yang bermekaran. Tak heran, banyak kupu-kupu yang berterbangan disana. Sang kakek, melihat dari kejauhan, memperhatikan tingkah yang diperbuat pemuda yang sedang gelisah itu.

Anak muda itu mulai bergerak. Dengan mengendap-endap, ditujunya sebuah sasaran. Perlahan. Namun, Hap! sasaran itu luput. Di kejarnya kupu-kupu itu ke arah lain. Ia tak mau kehilangan buruan. Namun lagi-lagi. Hap!. Ia gagal. Ia mulai berlari tak beraturan. Diterjangnya sana-sini. Ditabraknya rerumputan dan tanaman untuk mendapatkan kupu-kupu itu. Diterobosnya semak dan perdu di sana. Gerakannya semakin liar.

Adegan itu terus berlangsung, namun belum ada satu kupu-kupu yang dapat ditangkap. Sang pemuda mulai kelelahan. Nafasnya memburu, dadanya bergerak naik-turun dengan cepat.

Sampai akhirnya ada teriakan, "Hentikan dulu anak muda. Istirahatlah." Tampak sang Kakek yang berjalan perlahan. Tapi lihatlah, ada sekumpulan kupu-kupu yang berterbangan di sisi kanan-kiri kakek itu. Mereka terbang berkeliling, sesekali hinggap di tubuh tua itu.

"Begitukah caramu mengejar kebahagiaan?

Berlari dan menerjang? Menabrak-nabrak tak tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau rusak?"

Sang Kakek menatap pemuda itu. "Nak, mencari kebahagiaan itu seperti menangkap kupu-kupu. Semakin kau terjang, semakin ia akan menghindar. Semakin kau buru, semakin pula ia pergi dari dirimu."

"Namun, tangkaplah kupu-kupu itu dalam hatimu. Karena kebahagiaan itu bukan benda yang dapat kau genggam, atau sesuatu yang dapat kau simpan. Carilah kebahagiaan itu dalam hatimu. Telusuri rasa itu dalam kalbumu. Ia tak akan lari kemana-mana. Bahkan, tanpa kau sadari kebahagiaan itu sering datang sendiri."

Kakek Tua itu mengangkat tangannya. Hap, tiba-tiba, tampak seekor kupu-kupu yang hinggap di ujung jari. Terlihat kepak-kepak sayap kupu-kupu itu, memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Pesonanya begitu mengagumkan, kelopak sayap yang mengalun perlahan, layaknya kebahagiaan yang hadir dalam hati. Warnanya begitu indah, seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya. ***

Mencari kebahagiaan adalah layaknya menangkap kupu-kupu. Sulit, bagi mereka yang terlalu bernafsu, namun mudah, bagi mereka yang tahu apa yang mereka cari. Kita mungkin dapat mencarinya dengan menerjang sana-sini, menabrak sana-sini, atau menerobos sana-sini untuk mendapatkannya.

Kita dapat saja mengejarnya dengan berlari kencang, ke seluruh penjuru arah. Kita pun dapat meraihnya dengan bernafsu, seperti menangkap buruan yang dapat kita santap setelah mendapatkannya.

Namun kita belajar. Kita belajar bahwa kebahagiaan tak bisa di dapat dengan cara-cara seperti itu. Kita belajar bahwa bahagia bukanlah sesuatu yang dapat di genggam atau benda yang dapat disimpan.

Bahagia adalah udara, dan kebahagiaan adalah aroma dari udara itu. Kita belajar bahwa bahagia itu memang ada dalam hati. Semakin kita mengejarnya, semakin pula kebahagiaan itu akan pergi dari kita. Semakin kita berusaha meraihnya, semakin pula kebahagiaan itu akan menjauh.

Cobalah temukan kebahagiaan itu dalam hatimu. Biarkanlah rasa itu menetap, dan abadi dalam hati kita. Temukanlah kebahagiaan itu dalam setiap langkah yang kita lakukan.

Dalam bekerja, dalam belajar, dalam menjalani hidup kita. Dalam sedih, dalam gembira, dalam sunyi dan dalam riuh. Temukanlah bahagia itu, dengan perlahan, dalam tenang, dalam ketulusan hati kita.

Percayalah, kebahagiaan itu ada dimana-mana. Rasa itu ada di sekitar kita. Bahkan mungkin, bahagia itu "hinggap" di hati kita, namun kita tak pernah memperdulikannya. Mungkin juga, bahagia itu berterbangan di sekeliling kita, namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya.

Salam Motivasi . .!!
»»  READ MORE...

Ada seorang laki-laki yang menyukai seorang perempuan. Demi meluluhkan hati perempuan itu, dia menulis surat cinta yang berpuluh-puluh jumlahnya tapi gak pernah dibalas. Sampai akhirnya surat cinta yang ke-seratus dan inilah surat balasan dari wanita akhirnya. Bacalah baik-baik surat ini:

1 Cinta yang kumiliki untukmu
2 telah hilang kini, aku sudah tak menyukaimu lagi, dan kebencianku itu
3 semakin tumbuh dan kurasa setiap hari, jika kubertemu denganmu,
4 aku tak menyukai apa pun darimu
5 satu2nya yang kuingin lakukan adalah
6 mencari pemuda lain, aku tak pernah ingin
7 menikah denganmu, perbincangan terakhir kita
8 sangat membosankan dan memuakkanku dan tidak
9 menggairahkanku untuk bertemu lagi denganmu,
10 kau hanya berpikir tentang dirimu sendiri,
11 jika kita menikah, aku tahu bahwa aku akan mendapatkan
12 kehidupan yang sangat membosankan, dan aku tak akan memiliki
13 kesenangan hidup bersamamu, aku punya hati
14 untuk kuberikan untuk seseorang, tapi itu bukan lagi sesuatu
15 yang ingin kuberikan untukmu, tak ada orang yang lebih
16 tolol dan egois dibanding dirimu, dan kau tak
17 dapat memberikan perhatian dan keindahan cinta bagiku,
18 aku sejujurnya ingin kau mengerti bahwa
19 aku mengatakan yang sebenarnya, kau akan memberiku ketenangan jika
20 kau berpikir dan mengerti ini yang terakhir, jangan pernah mencoba
21 kau menjawab surat ini, suratmu penuh dengan
22 hal2 dan kalimat sampah yang membosankanku, kau tak memiliki
23 kalimat indah dan cinta sejati yang kudambakan, percayalah padaku
24 aku tak peduli lagi kini denganmu, jadi jangan kau pernah berpikir lagi
25 aku akan menikah denganmu.

Hatinya terasanya sakit sekali begitu membaca balasan surat darinya. Semalaman dia gak bisa tidur, rasanya pengen bunuh diri (untung aja gak jadi, kenapa?? baca terus di bawah).

Keesokan paginya, cewe itu sms, isinya:

Semoga surat balasanku tidak membuatmu kecewa.
Coba baca sekali lagi. Kali ini hanya membaca kalimat bernomor ganjil saja, yaitu 1, 3, 5, 7 dst.
Itulah kalimat sesungguhnya dari lubuk hatiku yang terdalam untukmu!
Jadi, cobalah membaca lagi surat di atas! ^^

Salam Motivasi . .!!
»»  READ MORE...

Ada sebuah cerita mengenai dua orang sahabat yang berjalan melalui gurun
pasir.
Pada suatu kali dalam perjalanan itu, mereka bertengkar,dan salah seorang
dari mereka menampar pipi yang lain.

Orang yang mendapat tamparan terluka hatinya, tapi dengan tanpa
mengatakan sepatah kata pun, ia menulis di pasir: "HARI INI TEMAN BAIKKU
MENAMPAR PIPIKU".

Mereka melanjutkan perjalanan sampai menemukan sebuah oasis, dimana
mereka memutuskan untuk mandi di sana. Waktu itu orang yang menerima
tamparan dan sakit hatinya, tenggelam dan temannya berhasil
menyelamatkannya. Setelah pulih dari rasa takutnya, ia menulis di sebuah
batu: "HARI INI TEMAN BAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU".

Teman yang telah menampar dan menyelamatkan sahabatnya, bertanya,"Mengapa
setelah saya menyakitimu kamu menulis di pasir, dan sekarang kamu menulis
di batu?"
Yang ditanya tersenyum dan menjawab: "Saat seorang teman menyakiti kita,
kita harus menuliskannya di pasir, dimana angin maaf akan bertugas
menghapusnya, dan saat sesuatu yang hebat terjadi, kita harus memahatnya
di batu kenangan di hati, dimana tidak ada angin yang dapat menghapusnya."
Belajarlah untuk menulis di pasir.

Salam Motivasi . .!!

http://www.gealgeol.com/2009/03/09/arti-sebuah-persahabatan.html
»»  READ MORE...

Sekelompok siswa kelas geografi sedang mempelajari "Tujuh keajaiban Dunia". Pada awal pelajaran,mereka diminta untuk membuat daftar yang mereka pikir merupakan "Tujuh Keajaiban Dunia". Walaupun ada beberapa ketidaksesuaian, sebagian besar daftar berisi :

1. Piramida

2. Taj Mahal

3. Tembok Besar Cina

4. Menara Pisa

5. Menara Eiffel

6. Kuil Parthenon

7. Candi Borobudur


Ketika mengumpulkan daftar jawaban, sang guru memperhatikan seorang pelajar yang belum mengumpulkan kertas jawabannya. Sang guru lalu bertanya kepadanya apakah dia mempunyai kesulitan....

murid itu lalu menjawab....

"iya, sedikit. Saya tidak bisa memilih karena sangat banyaknya"

sang guru berkata, "baik, katakan pada kami apa yang kaumiliki"

murid itu ragu sejenak,kemudian membaca, "Saya pikir 'Tujuh Keajaiban Dunia' adalah" :

1. Bisa Melihat

2. Bisa Mendengar

3. Bisa Menyentuh

4. Bisa Menyayangi

5. Bisa Merasakan

6. Bisa Tertawa

7. dan Bisa Mencintai

Ruang kelas pun seketika menjadi sunyi....

Renungkan.....

Alangkah mudahnya bagi kita untuk dapat melihat hasil eksploitasi manusia dan kita menyebutnya "Keajaiban". Sementara untuk semua yang telah Tuhan karuniakan kepada kita, kita menyebutnya sebagai hal "Biasa"....

Semoga Anda hari ini diingatkan tentang segala hal yang betul - betul ajaib dalam kehidupan Anda...
»»  READ MORE...
Diberdayakan oleh Blogger.